Sedikitnya telah terjadi sepuluh jenis kerusakan di muka bumi akibat ulah manusia, sehingga menimbulkan berbagai konflik dan permasalahan.
Salah satu kerusakan bumi tersebut, naiknya suhu bumi yang sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim, kata Drs I Ketut Wiana, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Jumat (5/6).
Ia mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara pada konferensi internasional yang membahas tentang agama dan budaya, termasuk keterkaitan air pada South and Southeast Asia Association for Study of culture and religion (SSEASR) ke-3, yang melibatkan 506 peserta dari 61 negara.
“Naiknya suhu bumi sangat memengaruhi iklim global yang kondisinya semakin tidak menentu. Musim hujan melebihi batas waktu dan musim kering dirasakan jauh lebih kering dari biasa,” kata Wiana yang juga pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), majelis tertinggi umat Hindu.
Dampak tidak menentunya iklim kini sangat serius bagi kehidupan umat manusia maupun kehidupan bidang pertanian, yang menjadi sumber kehidupan umat manusia.
Prof Emil Salim berpendapat, sepuluh kerusakan bumi akibat bergesernya gaya hidup manusia dari needs ke wants, yakni dari hidup berdasarkan kebutuhan menjadi hidup berdasarkan keinginan.
Kondisi itu menyebabkan ada pihak yang hidup berlebihan, namun tidak sedikit pula yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Untuk itu perlu kesadaran dan peran semua pihak untuk mengatasi kerusakan lingkungan khususnya perubahan iklim dengan menghijaukan dan menghutankan lahan kritis di muka bumi.
“Upaya yang memerlukan gerakan berkesinambungan dan waktunya cukup lama tersebut, sekaligus untuk menyediakan air buat kebutuhan bagi umat manusia dan makluk hidup lain,” tutur Ketut Wiana.
0 komentar:
Posting Komentar