Minggu, 15 Mei 2011

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011 Bisa Capai 7 Persen

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011 Bisa Capai 7 Persen

pertumbuhan ekonomi


Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional 2011 bisa mencapai 7% kalau pemerintah mampu mengatasi faktor-faktor penghambat pertumbuhan.”Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 cukup baik. Tahun depan beberapa lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi antara 6,3 persen sampai 6,5 persen. Kadin beranggapan ekonomi bisa tumbuh sampai 7% kalau syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi,” katanya saat menyampaikan keterangan pers di kantor Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis.
Syarat-syarat yang dia maksud antara lain pembangunan infrastruktur energi, jalan, dan pelabuhan serta perbaikan sistem logistik nasional.Di samping itu, menurut Suryo, pemerintah bersama pelaku usaha juga harus bahu membahu menyelesaikan persoalan dunia usaha.
Kadin Indonesia, ia melanjutkan, mengusulkan sepuluh program aksi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen tahun depan. Pertama, menurut Kadin, pemerintah sebaiknya menaikkan level defisit yang selama ini ditetapkan 1,7 persen menjadi minimal 2,5 persen supaya tersedia cukup dana untuk memacu pergerakan sektor riil.
“Dana itu seyogyanya diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, kereta api dan lahan untuk kawasan industri,” katanya. Selanjutnya, Kadin Indonesia merekomendasikan pemerintah menitikberatkan orientasi pembangunan pada industri manufaktur bernilai tambah tinggi di sektor pangan, pertanian, maupun pertambangan supaya Indonesia tak lagi menjadi pengekspor bahan mentah.
“Ketiga, Kadin mengusulkan pemerintah menetapkan insentif fiskal dan moneter untuk mendukung upaya swasembada energi dan pangan,” katanya. Organisasi pengusaha itu juga menyarankan pemerintah memperbaiki kebijakan-kebijakan makro bidang investasi, perdagangan, dan perbankan yang selama ini menghambat upaya korporasi dalam meningkatkan daya saing.
Selain itu, menurut Suryo, pemerintah harus mendorong perbankan mengarahkan untuk investasi sektor riil, utamanya untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur yang sampai sekarang masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah, ia melanjutkan, juga harus mengupayakan penurunan tingkat suku bunga menjadi di bawah 10% seperti di negara-negara pesaing. “Supaya daya saing industri kita lebih kuat dan pertumbuhan sektor riil terpacu,” katanya.
Program aksi lain yang direkomendasikan Kadin Indonesia adalah pembuatan rencana pengembangan industri prioritas, kampanye penggunaan produk dalam negeri dan peningkatan investasi di daerah. “Kalau usul-usul itu dijalankan kami yakin pertumbuhan ekonomi bisa sampai tujuh persen,” katanya

 http://indocashregister.com/2011/01/07/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2011-bisa-capai-7-persen/
Share:

Kinerja Pemerintah Mengecewakan



 Indo Barometer Survei Kinerja Pemerintah Mengecewakan
Minggu, 15 Mei 2011 19:31 WIB
JAKARTA:Kondisi saat ini, 13 pasca reformasi, ternyata dirasakan masyarakat tidak lebih baik kondisi pada era orde baru.

Kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono dinilai tidak memuaskan, terutama di bidang ekonomi dan penegakkan hukum.

Jargon pemberantasan korupsi yang dijual oleh SBY dan Partai Demokrat dalam pemilu 2009 silam, kini berbalik ke arah Presiden SBY. Penilaian tersebut terangkum dalam hasil survei yang diluncurkan Indo Barometer di Jakarta, Minggu (15/5).

Direktur Indo Barometer M Qodari memaparkan dalam survei yang dilakukan di 33 provinsi di seluruh tersebut menunjukkan, 28,2% responden mengatakan kondisi saat ini adalah lebih buruk dibandingkan sebelum reformasi.

Sedangkan, 27,2% mengatakan kondisi sekarang sama saja sebelum reformasi. Hanya 31% (1 diantara 3 responden) yang menyebutkan kondisi saat ini lebih baik dibandingkan sebelum reformasi.

“Temuan bahwa mayoritas publik menganggap Orde Baru lebih baik daripada reformasi merupakan pukulan bagi semua pihak yang menganggap reformasi sebagai momentum perubahan kondisi yang buruk ke kondisi lebih baik. Bukan berarti masyarakat ingin kembali ke masa Orde Baru, tetapi masyarakat belum mencapai keinginan yang mereka harapkan, ujarnya.

Pengumpulan data untuk survei ini dilakukan dalam kurun waktu pada 25 April sampai 4 Mei 2011. jumlah responden 1200 orang dan metode multistage random. Margin of error sebesar sekitar 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%.

“Hasil survei juga menujukkan, hanya pemilih dua partai yang menyatakan orde reformasi lebih baik yakni pemilih Demokrat dan PAN. Sementara yang lainnya menyatakan orde baru yang lebih baik,” tuturnya.

Mayoritas publik (46,8%) menyatakan bahwa tuntutan reformasi belum terpenuhi.

Hal ini sejalan kepuasan masyarakat kinerja Presiden SBY dan Wapres Boediono yang menurun. Kepuasan kinerja SBY berhenti di angka 48,9% .

Sedangkan, untuk Boediono hanya mencapai 36,1%.

“Kepuasan terhaap kinerja Presiden SBY mengalami naik turun. Namun, dalam 9 bulan terakhir belum ada lonjakan kepuasan Presiden SBY.”

Kepuasan kinerja Presiden SBY paling rendah adalah di bidang ekonomi (41,2%) dan hukum (46,7%).

Masalah hukum yang menjerat kader-kader Partai Demokrat, menurut Qodari dinilai menjadi indicator yang mendorong ketidakpuasan masyarakat dalam bidang penegakan hukum.

“Pak SBY pernah member harapan besar pada perbaikan hukum, terutama masa-masa pemilu 2009. Tetapi sayangnya begitu terpilih 1,5tahun ini masalah yang terjadi dominan masalah hukum,” tuturnya.

Masalah hukum ini, sambung dia, justru tengah membalik ke arah SBY. Karena dugaan korupsi dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatra Selatan terjadi di kementerian yang dipimpin Andi Malarangeng, kader Demokrat.

ini juga masuk ke sentral partai menjerat nama Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh, salah satu kader Demokrat yang populer.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan, ketidakpuasan masyarakat juga didorong kinerja parlemen yang buruk.

Partai-partai yang lahir di era reformasi ternyata tidak membawa perbaikan seperti yang diharapkan.

“Tidak ada partai yang mencitrakan partainya betul-betul reformis. Yang dilombakan politisi adalah kemewahan, bukan prestasi. Tidak ada perubahan mentalitas, sama saja politisi orba melihat pollitik sebagai pemajuan status sosial,” tuturnya.

Hal ini terlihat nyata, kata Ray, dalam pembangunan gedung baru dan plesiran ke luar negeri yang berlabel studi banding.

“Harus ada perubahan mentalitas. Masyarakat yang menjadikan parpol sebagai sarana mendapatkan kemewahan dirinya, menjadi cita-cita untuk memajukan bangsa,” tukasnya. (OL-12)
Source: media
http://arsipberita.com/show/indo-barometer-survei-kinerja-pemerintah-mengecewakan-225769.html
Share:

Visitor

Flag Counter

BTemplates.com